Arsip Blog

Keuntungan Menyimpan Emas

Untuk konteks Indonesia, menyimpan emas bisa memberikan berbagai keuntungan, di antaranya:

1. Investasi yang Stabil dan Terus Meningkat Nilainya

Karena inflasi yang tidak terkendali, tabungan dan deposito tidak memberi imbal hasil Hit positif. Sedangkan fluktuasi harga emas cenderung mengikuti kecenderungan kenaikan harga-harga. Dewasa ini, lonjakan harga minyak membuat harga emas melambung. Padahal, di masa mendatang diperkirakan harga minyak akan tetap tinggi, walaupun tetap ada fluktuasi jangka pendek. Sebab, sumber-sumber minyak kian terbatas, sedangkan bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar fosit belum siap diproduksi secara massal.

2. Mengamankan Nilai Kekayaan dari Gerogotan Inflasi

Bila inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi daripada inflasi. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi kenaikan harga emas. Statistik menunjukkan bahwa bila inflasi mencapai 10 persen, harga emas naik sekurangnya 13 persen. Bila inflasi 20 persen, harga emas naik 30 persen.

Bagaimana jika terjadi hiper-inflasi? Justru harga emas akan melompat lebih tinggi. Jika inflasi menembus angka 100 persen,
harga emas akan naik 200 persen. Saat itu, masyarakat akan panik dan memburu emas. Semua orang akan kehilangan kepercayaan ter­hadap uang kertas, dan memilih menyimpan emas.

3. Perlindungan Nilai Aset dari Gejolak Nilai Tukar Rupiah

Jika kurs dolar AS naik, harga emas juga naik. Kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah terjadi secara sistematis dan berkesinam­bungan. Para ekonom bilang, fundamental ekonomi kita masih kuat. Tetapi gejotak nilai tukar seringkali tak terkait dengan masalah fun­damentat. Gejolak krisis lebih disebabkan oleh kepanikan dan ter­kikisnya kepercayaan.

Lagipula, fakta historis menunjukkan rupiah melemah secara kontinu dalam jangka panjang terhadap mata uang standar inter­nasional-antara lain dotar dan euro. Harga emas dipatok dalam USD sehingga ketika dolar menguat maka pemilik emas akan menikmati dua keuntungan. Pertama dari efek penguatan dolar. Kedua, dari kenaikan harga emas itu sendiri.

Bila dibandingkan dengan berinvestasi langsung di mata uang dotar, menyimpan emas lebih simpel dan menguntungkan. Banyak bank dan money changer yang rewel. Terhadap lembaran dolar kelu aran lama, atau yang sedikit kusut atau terlipat, mereka akan mem­belinya lebih murah dari standar. Menyimpan dolar juga berisiko mendapat uang palsu.

4. Sarana Praktis dan Efektif untuk Menabung dengan Tujuan Tertentu, Misalnya Naik Haji dan Biaya Pendidikan Anak

Kalangan ibu rumah tangga sudah menjadikan emas sebagai tabungan sejak lama. Beberapa di antaranya bahkan langsung mem­beli perhiasan emas begitu memiliki kelebihan dana. Seorang ibu rumah tangga mengatakan ia lebih memilih menyimpan emas batang­an daripada menempatkan duitnya dalam deposito. Alasan dia, emas batangan tak mengalami penurunan harga. “Saya memilih emas ba­tangan untuk tabungan daripada deposito. Emas lebih menguntung­kan daripada deposito,” ucapnya (Kompas, 30 Juli 2006, hlm. 28). Dia punya rencana menggunakan emas tabungan sebagai biaya pen­didikan anak-anaknya kelak.

Sebetulnya tradisi menyimpan emas untuk keperluan tertentu telah dilakukan masyarakat kita secara turun-temurun. Misalnya, menyimpan emas sebagai persiapan ongkos naik haji (ONH). Me nyimpan emas untuk membiayai pernikahan anak. Menyimpan emas untuk cadangan biaya kuliah anak. Menyimpan emas sebagai dana darurat. Dan seterusnya.

Karena harga emas berkembang menurut kenaikan inflasi glo­bal dan harga minyak, maka emas aman dipakai sebagai sarana mena­bung untuk keperluan ONH. Karena harga emas mengilap saat inflasi tinggi, maka emas aman dipakai untuk membiayai kepertuan jangka panjang seperti biaya pernikahan atau kuliah.

Yang menarik, orang-orang desa banyak yang telah melakukan­nya. Mereka tidak paham soal harga minyak dunia, laju inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, atau krisis subprime mortgage. Yang mereka tahu, harga emas naik dari tahun ke tahun-seperti harga tanah. Jadi, masyarakat pedesaan sudah memiliki kebijaksa­naan tersendiri dalam menginvestasikan kekayaannya, serta mampu melindungi nilai kekayaannya dengan cara yang sederhana.

Masyarakat yang menyimpan emas untuk keperluan tertentu, pada prinsipnya sama saja dengan menabung. Tapi mereka lebih cerdik dibandingkan orang-orang kota yang menabung di bank. Bunga bank tak pernah lebih tinggi dari inflasi. Sedangkan kenaikan harga emas mampu mengalahkan laju inflasi.

5. Sebagai Cadangan untuk Keperluan Darurat

Datam kehidupan ada hari-hari baik, dan ada hari-hari buruk. Pada saat memerlukan dana darurat, memiliki emas sungguh berguna. Jika kita menyimpan kekayaan hanya pada properti, jelas akan sulit mendapat dana cepat. Kalaupun bisa cepat, harganya pasti jatuh. Begitu juga bila kita menjual kendaraan. Kalau si pembeli paham bahwa kita butuh uang, mereka akan menawar semaunya. Berbeda jika kita menjual emas, baik berbentuk batangan atau perhiasan. Kita bisa menjualnya cepat dengan harga yang tetap bagus.

Seorang ibu rumah tangga di Jakarta senang membeli emas sejak tahun 1970-an. Dia mengaku untung saat menjuat perhiasan emas yang dibelinya dulu seharga beberapa puluh ribu rupiah satu gram, dan kini berharga lebih dari Rp 100.000 per gram. Saat suami­nya harus dirawat di rumah sakit, tabungan emasnya “berjasa”. Dalam waktu singkat, dia bisa menutup biaya rumah sakit dengan menjual emas simpanannya (Kompas, 30 Juli 2006, him. 28).

Memang, sekarang masyarakat sudah bisa menikmati jasa asu­ransi. Begitu sakit, tinggal masuk rumah sakit rekanan perusahaan asuransi. Segalanya diurus pihak asuransi. Tapi, keperluan darurat bukan hanya biaya pengobatan. Banyak kebutuhan darurat lain yang tidak bisa dilindungi oleh asuransi-misalnya jika ada kerabat dekat yang sakit dan memerlukan pertotongan, atau keperluan mendadak karena biaya pendidikan yang membengkak.

6. Emas Gampang Dijual dan Mudah Digadaikan

Emas adalah logam berharga yang gampang sekali diuangkan (sangat likuid). Hampir-hampir setara dengan uang tunai. Bahkan lebih likuid dibandingkan obligasi, atau saham-yang kadangkala kesulitan mencari pembeli. Emas tidak pernah kekurangan permin­taan (demand). Ketika memerlukan sejumlah dana, kita akan lebih gampang menjual emas dengan nilai lebih tinggi dari pada menjual aset-aset lain.

Sebagai komoditas yang diperdagangkan setiap hari, emas gam­pang dijual. Banyak toko emas dan perhiasan yang bersedia membeli­nya secara tunai. Memang, kadang-kadang kita sayang melepas emas simpanan kita, walaupun sedang butuh uang. Kalau tidak ingin men­jual, pegadaian siap menerima emas kita. Kebutuhan uang terpe­nuhi, emas tidak perlu dilepas.

Untuk memperlancar proses transaksi, tampaknya pertu memi­liki langganan toko emas. Pilihlah toko emas yang tidak sembarangan, dan mau mengeluarkan sertifikat emas. Ini penting untuk menjamin kualitas emas tersebut. Lebih penting lagi, toko emas itu juga ber­sedia membeli kembali emas kita dengan harga pasar yang berlaku.

7. Bisa Dimiliki dengan Jumlah Dana Terbatas

Sebagai penakluk inflasi, emas hampir mirip properti. Harga emas maupun harga tanah akan naik melebihi angka inflasi. Tapi, modal untuk membeli emas jelas tak semahal modal beli tanah. De wasa ini, membeli tanah kavling 100-an meter saja diperlukan dana puluhan hingga ratusan juta rupiah. Sedangkan membeli emas hanya perlu modal awal ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Karena itu, emas cocok dijadikan sarana menyisihkan penghasilan sedikit demi sedikit.

Pengalaman Ibu Eva bisa dijadikan contoh. Suaminya bekerja sebagai makelar, sehingga penghasilannya tidak menentu. Sebagai pengelola keuangan rumah tangga, ia selalu menyisihkan sebagian penghasitan tersebut untuk dibelikan emas. la membeli perhiasan yang harganya sesuai dengan jumlah uang yang hendak disisihkan. Itu dia lakukan secara rutin, sehingga tabungan emasnya makin lama makin banyak.

Ibu Eva bisa saja menabung di bank, atau menyimpan uang tunai di rumah. Tapi menyimpan uang tunai ada bahayanya. Secara psikologis, kita merasa punya uang. Sehingga kadang-kadang sulit menahan godaan untuk membeli sesuatu. Kalau uang disimpan di bank, sama saja. Kita merasa punya uang, hingga sebentar-sebentar menggesek kartu ATM. Tapi, bita uang sudah dijadikan emas, kita tidak bisa seenaknya berbelanja.

Seseorang dengan penghasilan Rp 1 juta dan bisa menyisihkan Rp 250 ribu per bulan pun bisa mengoleksi emas secara bertahap. Mungkin dia bisa membeli emas perhiasan seberat 5 gram setiap beberapa bulan sekali. Dalam jangka panjang, simpanan itu akan berlipat ganda nilainya.

8. Memberikan Prestise bagi Pemiliknya

Cara mengonsumsi perhiasan emas adalah memakainya. Me­ngonsumsi emas tidak membuat harganya turun atau utilitasnya terkikis. Emas adalah salah satu aset yang nilainya tidak berkurang kendati dipakai setiap hari. Berbeda dengan kendaraan yang penyu­sutannya besar, yang nilainya semakin turun dari waktu ke waktu.

Memakai perhiasan emas justru memberi keuntungan khusus. Sejak lama emas menjadi simbol status sosial dan ekonomi. Ada prestise tersendiri bagi mereka yang memilikinya. Asal saja memakai­nya tidak terlalu berlebihan, sehingga mengundang bahaya. Selain dianggap suka pamer, pemakaian perhiasan emas yang bertebihan bisa mengundang tindak kejahatan.

Investasi Ternyata Tidak Sama dengan Menabung

Investasi dan menabung memang sama-sama menyimpan daya beli uang untuk masa yang akan datang.

Tapi di negara seperti Indonesia, ini membutuhkan kehati-hati­an ekstra. Kalau pilihan investasi kita ternyata tidak sanggup menga­lahkan laju inflasi secara konsisten, maka daya beli yang kita simpan itu akan menguap-tanpa kita pernah menikmatinya.

Orang dari generasi dahulu sering mengingatkan anak-anaknya untuk menabung. Hemat pangkal kaya, sedikit demi sedikit lama­lama menjadi bukit. Begitulah kata pepatah. Maka menabung dan pola hidup sederhana menjadi nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Muncullah berbagai variasi dari kegiatan menabung; dari menyimpan uang di bawah bantal, menyimpan di celengan dari bambu atau tanah liat, menabung di koperasi, sampai di bank.

Saat ini, kita menyadari bahwa cara menabung seperti itu me­rugikan diri sendiri. Menabung di celengan atau di bawah bantal telah semakin jarang dilakukan orang. Bank menjadi alternatif yang paling banyak diminati. Tapi, ternyata sistem dan aturan main ta­bungan bank pun mampu menggerogoti nilai tabungan kita. Setelah krisis moneter 1998, bank-bank di negeri ini menggeser penghasilan utamanya ke fee based income. Selain penghasilan dari bunga kredit, mereka memaksimalkan pendapatan dari pengelolaan rekening, serta jasa transfer yang bisa dikutip langsung dari nasabah.

Pada saldo tertentu, tabungan kita di bank tidak menghasilkan apa-apa. Bunganya not persen. Padahal ada biaya administrasi bank yang akan dipotong secara otomatis dari saldo tabungan kita. Jika saldo kita yang kecil itu didiamkan saja, akan tergerus biaya operasio­nal. Suatu saat, rekening akan tertutup secara otomatis.

Katakan saja kita punya uang Rp 900 ribu di bank. Bank itu memiliki ketentuan bahwa bunga tabungan untuk saldo di bawah Rp 1 juta adalah not persen. Biaya administrasi tabungan plusATM­nya adalah Rp 10.000 per bulan. Jika tabungan itu kita diamkan saja, tidak terjadi mutasi apa pun, maka dalam waktu 90 bulan (71/2 tahun) akan tertutup dengan sendirinya. Saldonya menjadi not, dan nomor rekening akan terhapus secara otomatis.

Tabungan di bank memiliki bunga rendah, walaupun saldonya tinggi. Kalau mau bunga lebih tinggi, kita harus menempatkannya pada deposito. Tentu saja, deposito membuat uang kita terikat tidak bisa dipakai setiap saat. Bunganya memang lebih tinggi dari­pada tabungan biasa.

Tapi, perlu dicatat, suku bunga deposito (apalagi tabungan) di negeri ini sangat jarang bisa melampaui laju inflasi.

Saat buku ini ditulis, suku bunga deposito berkisar antara 6 sampai 8 persen. Padahal laju inflasi mencapai dua digit, diperkirakan 12 persen. Bunga deposito 6-8 persen itu hanya nominal saja. Se dangkan penghasilan bunga riilnya adalah minus 4 sampai minus 6 persen!

Ini berarti, deposan kehilangan daya beli sekitar 4-6 persen setiap tahun dari setiap rupiah uangnya yang diparkir di bank. Itulah sebabnya Paul A. Samuelson yang mengatakan bahwa inflasi adalah perampok kekayaan warganegara. Inflasi bekerja secara diam-diam membuat kita semua miskin, dan ia tak pernah dipenjarakan oleh polisi.

Faktor yang Memengaruhi Harga Emas

Faktor yang Memengaruhi Harga Emas

1. Kenaikan inflasi melebihi yang diperkirakan

Emas akan diburu saat kondisi ekonomi tidak menentu. Biasanya, setiap negara akan mengumumkan prediksinya terhadap inflasi. Jika prediksi ini meleset clan inflasi melebihi yang sudah diperkirakan, biasanya harga emas akan membumbung tinggi. Melesat seperti roket.

2. Terjadi kepanikan finansial

Bila terjadi kepanikan finansial, seperti pada 1998 clan 2008 lalu, harga emas otomatis akan melonjak naik. Mengapa? Karena, orang akan kehilangan kepercayaan terhadap uang kertas clan lebih memilih menyimpan emas.

3. Harga minyak mengalami kenaikan

Saat harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan, harga emas di pasar dunia pun ikut terdongkrak. Memang, efeknya tidak terjadi langsung, tetapi harga emas pasti mengikuti kenaikan minyak.

4. Naiknya permintaan emas

Naiknya permintaan emas, jika tidak diimbangi dengan kenaikan pasokan emas dunia, akan membuat harga emas cenderung naik. Cina clan India merupakan dua negara yang paling besar mengonsumsi emas.

5. Situasi politik dunia

Misalkan saja kenaikan harga emas pada akhir 2002 clan awal 2003 terjadi lantaran akan dilakukannya serangan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat ke Irak. Para pelaku pasar beralih investasi dari pasar uang clan pasar saham ke investasi emas. Ini menimbulkan permintaan emas mengalami kenaikan.

6. Suku bunga

Saat tingkat suku bunga naik, masyarakat cenderung memilih untuk tetap menyimpan uang di deposito ketimbang emas yang tak menghasilkan bunga. Hal ini akan menimbulkan tekanan pada harga emas. Sebaliknya, ketika suku bunga turun, harga emas akan cenderung naik.

Secara teoritis, kalau suku bunga jangka pendek naik, harga emas turun. Tapi di Indonesia, teori ini tidak selalu berjalan. Misalnya, pada 1998, karena nilai tukar rupiah anjlok tajam terhadap dolar Amerika Serikat, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga secara signifikan. Alasannya, untuk menahan laju kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Akibatnya, walaupun tingkat suku bunga naik, toh harga emas juga ikut naik.

Kenaikan harga emas dari tahun ke tahun cukup besar. Kira-kira bisa mencapai 20-40% per tahun. Contohnya saja pada Januari 2007, harga emas Rp180.000 clan pada bulan Januari 2008 menjadi Rp260.000. Harga emas kadar 99% pada Oktober 2009 adalah Rp364.500. Dibandingkan harga emas pada 2008, naik hampir 40%.

Jadi, tidaklah berlebihan apabila kita ambil kenaikan rata-rata per tahun sekitar 20%. Perhatikan tabel prediksi harga emas dari 2010 sampai 2020, dengan rata-rata kenaikan sebesar 20% per tahun berikut ini.

Saat ini, perekonomian global sangat tergantung pada dolar Amerika Serikat. Perekonomian global terbentuk untuk menghasilkan barang clan jasa semurah mungkin untuk dikonsumsi oleh Amerika Serikat sebagai negara yang paling besar menyerap produksi clan negara yang paling konsumtif.

Dolar Amerika Serikat kemudian menjadi pengganti emas dan secara de facto merupakan fundamental dari sistem moneter global di seluruh dunia. Segala sesuatu yang memiliki nilai selalu diukur clan dibandingkan dengan dolar, bukan emas lagi.

Kondisi ini membuat siapa pun yang menggunakan dolar terpaksa ikut kena dampak dari setiap pergerakan dolar, termasuk menanggung utang clan defisit negara Amerika. Ekonomi global makin bergantung pada perekonomian Amerika, sementara rumah tangga Amerika itu sendiri sekarang tergantung pada penurunan nilai dolar.

Memang, sebelum perang Vietnam, Amerika memiliki posisi keuangan yang kokoh clan memegang lebih dari separuh cadangan devisa dunia waktu itu. Saat itu situasi sudah berubah jauh. Amerika sangat menggantungkan tabungan dari negara­negara lain untuk membiayai utang clan defisit keuangan mereka.

Lebih dari 60% sirkulasi dolar berada di luar Amerika clan sebagan besar obligasi pemerintah Amerika dimiliki oleh bangsa asing, khususnya Cina clan Jepang. Para pencinta emas (GoldBugs) sangat meyakini akan kejatuhan dolar Amerika di masa mendatang, bahkan mungkin tidak lama lagi.

Jika nilai dolar jatuh, mata uang Negara Adidaya tersebut akan menjadi lembaran tak berharga. Lihatlah beberapa waktu yang lalu (2008) harga emas dunia sudah berputar-putar di angka USD 1.000/toz. Pada akhir 2009, harga emas bahkan mencapai USD 1.200/toz. Bukan tidak mungkin kejatuhan dolar telah diambang pintu.

Kelebihan Emas Dibandingkan Uang Kertas

Kelebihan Emas Dibandingkan Uang Kertas

1. Tidak ada risiko balik dalam emas .

Ketika kita memegang emas, sesungguhnya kita telah memegang aset yang tidak tergantung pada orang lain. Aset yang kita pegang tersebut menjadi semakin penting disaat krisis keuangan meneror. Coba tanyakan pada orang yang menaruh uangnya di Lehman Brothers (perusahaan besar di Amerika Serikat) misalnya, atau pada orang yang mengalami krisis finansial serius di negaranya. Maka, kita akan tahu betapa pentingnya sebuah aset bernama emas.

2. Memiliki konsistensi daya beli

Contohnya begini, katakanlah harga emas turun dari USD 1.000/toz, pasti harga komoditas yang lain, seperti gandum, minyak, dan lain sebagainya juga ikut turun. Statistik berabad-abad lamanya menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara harga emas clan harga komoditas pokok manusia. Jadi seandainya harga emas turun, kita tidak mengalami penurunan dalam hal kekayaan. Mengapa? Karena kita akan tetap bisa membeli barang sama banyaknya, seperti saat harga emas belum turun. Itulah sebabnya emas disebut zero inflation.

3. Tidak tergantung pada keputusan pemerintah
Berbeda dengan uang kertas yang nilainya bergantung pada keputusan pemerintah, emas nilainya sama sekali tidak bergantung dengan hal ini. Dengan memegang emas, kita tidak perlu mencemaskan keputusan pemerintah, dengan suku bunga dan sejenisnya.

4. Aset yang berada di iuar sistem perbankan
Dengan_emas kita berkesempatan memiliki aset yang sama sekali berada di luar sistem perbankan. Kita tahu bahwa perbankan di negara mana pun pasti digentayangi hantu bernama krisis. Dengan emas, kita akan terbebas dari hantu krisis yang bisa muncul kapan saja.